Senin, 21 Januari 2013

Analisis Simbol dalam Ayat Al-Qur’an



Analisis Simbol dalam Ayat Al-Qur’an
Contoh aplikasi teori mitos Barthes dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 178 dalam pengungkapan kata “Qishaash” (Pembalasan yang setimpal).
 ياأيها الذين ءَامَنُواْ كُت عَلَيْكُمُ القصاص فِي القتلى الحر بِالْحُرّ والعبد بالعبد والأنثى بالأنثى  ً فَمَنْ عُفِىَ لَهُ  مِنْ أَخِيهِ شَىْءٌ فاتباع بالمعروف وَ أَدَاءٌ  إِلَيْهِ بإحسان ذلك تَخْفِيفٌ مّن رَّبّكُمْ  وَرَحْمَةٌ  فَمَنِ اعتدى بَعْدَ ذَلِكَ  فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ.
 Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. Al-Baqarah:178)
            Mengapa Quran mengunakan kata Qishaash sebagai simbol yang mengungkapkan pembalasan yang setimpal berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh baik tentang sifat atau perbuatan.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Islam hampir disyariatkan, pada jaman Jahiliyah ada dua suku bangsa Arab berperang satu sama lainnya. Di antara mereka ada yang terbunuh dan yang luka-luka, bahkan mereka membunuh hamba sahaya dan wanita. Mereka belum sempat membalas dendam karena mereka masuk Islam. Masing-masing menyombongkan dirinya dengan jumlah pasukan dan kekayaannya dan bersumpah tidak ridho apabila hamba-hamba sahaya yang terbunuh itu tidak diganti dengan orang merdeka, wanita diganti dengan pria. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 178) yang menegaskan hukum qishash. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Jubair.)
Qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih.
Dengan ditiadakannya Qishaash yang menyebabkan gugurnya sebagian hukuman oleh sebagian ahli waris. Dengan disebutkannya 'saudaranya', membangkitkan rasa santun yang mendorong seseorang untuk memaafkan dan menjadi pernyataan bahwa pembunuhan itu tidaklah mengakibatkan putusnya persaudaraan dalam agama dan keimanan.
Dengan demikian kata Qishaash dalam ayat di atas mengandung ideologi materialisme-spiritualistik. Berikut ini uraian di atas dalam diagram mitos Barthes:

Qishaash (Pembalasan yang setimpal)
Qishaas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.

I



(Semua Signifikasi Tingkat I)

Qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat maaf dari ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar

II





anz



                                            anz



Tidak ada komentar:

Posting Komentar