A. PENGERTIAN MAKNA DALAM PENDEKATAN BEHAVIORAL
Padapendekatanreferensialdalammengkajimaknalebihmenekankanpadafaktasebagaiobjekkesadaranpengamatandanpenarikankesimpulansecara
individual,
Dan pendekatan
ideasional lebih menekankan padakeberadaanbahasasebagai media
dalammengolahpesandanmenyampaikaninformasi. Keberatandaripendekatan behavioral
terhadapkeduapendekatantersebut,
salahsatunyaadalahkeduapendekatanitutelahmengabaikankontekssosialdansituasional
yang olehkaum behavioral dianggapberperanpentingdalammenentukanmakna.[1]
Keritik lain
terhadappendekatan lain di atasadalahpadaobjekutamakajian yang
justrutidakpernahdapat di observasisecaralangsung. Kajian yang
justrutidakpernahdapat di observasikansecaralangsung.
Pernyataandalamkajianideasional yang
berkaitandengankeselarasanpemahamanantarapenuturdenganpendengardalammemaknaikodemisalnyadalampendekatan
behavioral dianggapkajianspekulatifkarenapengkajitidakpernahmampumenelitikarakteristik,
idea tau pikiranpenutur-pendengar,
sejalandenganaktivitaspengilahanpesandanpemahamannya. Sebabitulahkajianmakna
yang bertolakdaripendekatan behavioral, mengkajimaknadalamperistiwaujaran
(speech event) yang berlangsungdalamsituasitertentu (speech situation).
Satuantuturanatau unit terkecil yang mengandungmaknapenuhdarikeseluruhan speech
event yang berlangsungdalam speech situation disebutspecch act.
Penentuanmaknadalam
speech act menurut Searle harusbertolahdariberbagaikondisidansituasi yang
melataripemunculannya. Unit ujaran yang berbunyiMasuk!
misalnyadapatberarti “dalamgaris” bilamunculmisalnyadalampermainanbulutangkis
“berhasil” bagi yang main lotere, “silahkankedalam” bagitamudantuanrumah,
“hadir” bagimahasiswa yang dipresensipakdosen. Maknakeseluruhan unit
ujaranitudalamdemikianharusdisesuaikandenganlatarsituasidanbentukinteraksisosial
yang mengondisinya.
Konsep yang
antara lain dikembangkanokeh Austin, Hare, Searle, Alston dll.,
akhirnyajugatidaklepasdarikritik. Kritikutama yang datangdari Chomsky,
menganggapbahwameletakanunsurluarbahasasejajardenganbahasadalamrangkamenghadirkanmakna,
berartimenghilangkanaspekkreatifbahasaitusendiri yang
dapatdigunakanuntukmengekspresikangagasansecarabebas. Bahasasebagaisuatu system
adalah “system dari system”. Perbendaharaan kata
atauleksikonpemakaiannyabukanhanyamemperhatikankaidahleksikanataugramatikal,
melainkanjugaditentukanolehrepresentasisemantik. Komponenrepresentatif semantic
yang menunjukdunialuarpadadasarnyatelahmengandung “ system luarbahasa”
itukedalamdirinya. Dengandemikiankontekssosialdansituasionalsebagaisuatu system
bukanberada di luarbahasa, melainakanada di dalamdanmewarnaikeseluruhan system
kebahasaanitusendiri.
Padasisi
lain pendekatan behavioral
dalamkajiansemantikjugatumbuhdenganbertolakdariteoribehaviorisdalampsikologi.
Apabilakajiansemantik yang menekankanpadafaktasosialolehHallidaydisebutsosio
semantic, makakajiansemantik yang
berhubunganeratdenganbehaviorismedalampsikologibiasadisebutdengansemantikbehavioris.
Empatciribehaviorismesecaraumumialah[2]
1. Menolakkonsepmentalisme yang mengkaji mind dan concept tanpaberdasarpada
data sahih.
2. Mempercayaibahwabinatangdanmanusiamemiliki cirri prilakudasar yang sama
3. Prilakumanusiadalamberbahasapadadasarnyabertolakdaridandibentukoleh
factor sosial.
4. Memilikikonsepmekanismedalamkehidupanmanusia
B.
TEORI
BEHAVIORAL
Teori Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar[3].
Teori behavior dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia
baik atau jelek, rasional atau emosional, behaviorisme hanya ingin mengetahui
bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti
teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku
mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri
dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan.
Ø
TEORI S-R
Teori ini menunjukan sebagai proses aksi (Stimulus)
dan reaksi (Respon) yang sangat sederhana. Sebagai contoh bila seorang lelaki
berkedip mata kepada seorang wanita, dan kemudian wanita itu tersipu malu
itulah yang dimaksud teori S-R. Jadi teori S-R mengasumsikan bahwa kata-kata
verbal ( lisan – tulisan ), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan
tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon
dengan cara tertentu. Maka teori ini dapat dianggap sebagai proses pertukaran
atau perpindahan informasi. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan
mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi
berikutnya.
Dalam
Proses perpindahan informasi ada dua kemungkinan respon yang akan terjadi
setelah stimuli diberikan oleh komunikator, yaitu reaksi negative dan positif.
Reaksi positif terjadi apabila komunikan menerima stimuli dari komunikator dan
memberikan reaksi seperti apa yang diharapkan oleh sang komunikator. Sebagai
contoh jika anda bertemu dengan teman anda dan anda melambaikan tangan
kepadanya kemudian anda juga mendapat lambaian tangan darinya ini merupakan
sebuah respon positf yang ditunjukan oleh teman anda sebagai komunikan, namun
jika lambaian tangan anda tersebut dibalas oleh teman anda dengan memalingkan
wajah maka dapat dikatakan proses penyampaian pesan anda berlangasung negative.
Teori S-R
mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan
faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam teori S-R ini bahwa perilaku
(respon) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis.
Manusia dianggap berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan
berdasarkan kehendak,keinginan atau kemauan bebasnya. Model inilah yang
kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaituHypodermic Needle atau
teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model
S-R, yakni jika kita menggunakan media sebagai kasusnya maka media secara
langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media
diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai
perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula.
Ø
TEORI
S-O-R
Dimulai
pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat
pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response.
Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia
yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi
afeksi dan konasi.
Asumsi
dasar dari teori ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera
dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R
theory memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan
tanggapan ( R) yang kuat pula.
Pada
dasarnya sebagai manusia kemampuan kita sangat terbatas untuk berhubungan
dengan lingkungan kita serta dengan sesama kita. Secara fisiologis,
setidak-tidaknya kita hanya memiliki lima alat indera. Fenomena lingkungan itu
yang terkandung dalam banyak penjelasan psikologis, termasuk penjelasan
teoritis di luar kecenderunagn behaviorisme, adalah konsep stimuli sebagai
satuan masukan alat indera. Akan tetapi, apa yang membuat objek itu sebagai
stimulus bukanlah karena ia ada dalam lingkungan manusia akan tetapi karena ia
diterima sebagai satu satuan yang dapat diterima oleh alat indera manusia.
Stimuli
memberikan alat input kepada alat indera dan akibatnya memberikan data yang
dipergunakan dalam penjelasan tentang perilaku manusia. Hal ini memberikan
gambaran bahwa manusia adalah makhluk yang peka terhadap rangsangan di lingkungannya,
secara alamiah memang berlaku hukum ada aksi maka ada reaksi. Teori S-O-R
menjelaskan bagaimana suatu rangsangan mendapatkan respon. Tingkat interaksi
yang paling sederhana terjadi apabila seseorang melakukan tindakan dan diberi
respon oleh orang lain. Menurut Fisher istilah S-R kurang tepat karena adanya
intervensi organisme antara stimulus dan respon sehingga dipakai istilah S-O-R
(Stimulus-Organisme-Respon). Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme
menghasilkan perilaku jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Jadi efek yang
timbul adalah reaksi khusus terhadap stimulus.
Hosland,
et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama
dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada individu yang terdiri dari :
- Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
- Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
- Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
- Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya
teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus
(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus
yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus
dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang
peranan penting.
Proses
perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang
menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan
Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel
penting yaitu :
(a)
perhatian,
(b)
pengertian, dan
(c)
penerimaan.
Teori ini
mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,
kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok atau masyarakat.
Contoh Penerapan Teori S-O-R
Iklan
televisi merupakan sarana memperkenalkan produk kepada konsumen. Keberadaanya
sangat membantu pihak perusahaan dalam mempengaruhi afeksi pemirsa. Ia menjadi
kekuatan dalam menstimulus pemirsa agar mau melakukan tindakan yang diinginkan.
Secara
substansi iklan televisi memiliki kontribusi dalam memformulasikan pesan-pesan
kepada pemirsa. Akibatnya secara tidak langsung pemirsa telah melakukan proses
belajar dalam mencerna serta mengingat pesan yang telah diterimanya. Kondisi
ini tentunya tanpa disadari sebagai upaya mengubah sikap pemirsa.
Senada
dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley diatas (pada uraian
teori S-O-R) yang menyatakan ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap
yang dirumuskan dalam teori S-O-R, secara interpretatif iklan televisi
merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk
mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan
memiliki keinginan untuk membeli atau memakai produk yang iklannya telah
disaksikan di televisi.
Pendekatan
teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar
komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan
pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen
kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam
keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system
dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu
terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika
tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal.
Dalam
teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan
rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk
keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan
stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat
dilakukan dalam barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman.
Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai
suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hal ini
dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti,
dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung terhadap sikap. Untuk
tercapainya ini perlu cara penyampaian yang efektif dan efisien.
Jika kita
amati dari sisi keterpengaruhan, maka secara pragmatis iklan televisi mudah
mempengaruhi kelompok remaja dibandingkan kelompok dewasa. Artinya, jika teori
S-O-R kita hubungkan dengan keberadaan remaja, maka kekuatan rangsangan iklan
televisi begitu kental dalam memantulkan respon yang sebanding. Sistem seleksi
yang semestinya melalui proses penyaringan yang ketat terkalahkan oleh sifat
mudah dipengaruhi. Akibatnya terjadi pergeseran implementasi toritikal dari
teori S-O-R menjadi teori S-R. Artinya, respon yang ditimbulkan sebagai
konsekuensi adanya stimulus iklan televisi yang diterima remaja tanpa melalui
filter organisme yang ketat.
Perbedaan
antara S-R dan S-O-R. adalah adanya proses modifikasi sebuah pesan yang
dilakukan oleh individu atau manusia atau dalam konteks bahasan ini sebagai
Organisme ( dalam teori S-O-R ) dalam menerima sebuah stimuli (pesan) yang
berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukannya ( reaksi ).
BAB III
PENUTUP
Teori Behavior merupakan sebuah
teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavior dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional,
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh
faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada
tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi
respon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo
Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian
kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar