Kesalahan Dalam Berkomunikasi Ditinjau Dari
Fonologi
Salah satu hambatan dalam proses komunikasi adalah kurangnya
keterampilan berbahasa. Wujud kurangnya keterampilan berbahasa itu antara lain
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa. Kesalahan-kesalahan berbahasa
ini menyebabkan gangguan terhadap peristiwa komunikasi, kecuali dalam hal
pemakaian bahasa secara khusus seperti dalam lawak, jenis iklan tertentu, serta
dalam puisi. Dalam pemakaian bahasa secara khusus itu, kadang-kadang kesalahan
berbahasa sengaja dibuat atau disadari oleh penutur untuk mencapa efek tertentu
sepeti lucu, menarik perhatian dan mendorong berpikir lebih intens.
Bahasa sebagai alat komonikasi tidak diragukan lagi keampuhannya.
Dibandingkan dengan media komunikasi lainnya seperti isyarat, lambang, dan
sebagainya, betapa pun canggihnya, tetap bahasa itu memIliki peran yang sangat
penting dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Manusia sebagai makhluk
pencerita (homo fabulans) senantiasa ingin menyampaikan segala sesuatu yang ada
dalam benak atau perasaannya kepada orang lain melalui bahasa. Dalam proses
transformasi pesan dari individu pihak komunikator kepada individu atau pihak
lainnya sebagai komunikan inilah sering terjadi kesalahan, terutama dalam bahasa
tulis yang merupakan rekaman dari bahasa lisan itu.
Ditinjau dari segi sampainya pesan, kesalahan berbahasa lisan
kurang terasa salahnya karena dalam komunikasi ini dapat dibantu dengan mimik (
gerak air muka ) serta panto mimik, gestur ( gerak anggota tubuh ), atau
isyarat lainnya, atau karena Si Pemesan itu memiliki sikap bahasa yang penting
asal orang mengerti. Lain halnya dengan komunikasi tulisan, kesalahan ini akan
terasa sekali, karena bahasa tulis memerlukan kelengkapan fungtuasi atau tanda
baca, keakuratan diksi atau pilihan kata, ketepatan struktur baik kata (
morfologi ) maupun kalimat atau sintaksis. Kesalahan berbahasa ini akan
berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena salah tafsir, tidak mengerti
apa yang disampaikan, hamburnya ( mubazirnya ) kata atau kalimat, bahasa tidak
efesien dan efektif lagi sebagai alat
komunikasi dan berpikir. Tidak menutup kemungkinan kesalahan berbahasa akan
menimbulkan kesalahan fatal dari pendengar atau pembaca terhadap pemaknaan
pesan dari penutur atau penulis sehingga terjadi konflik dan sebagainya.
A. Pengertian Kesalahan
Berbahasa Indonesia
Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning”,
H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian
bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu
bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran
bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk
tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan pendapat
Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan sebelum
mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan
berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar
guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar
penyimpangan.
Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur
asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa. Berdasarkan
berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan
di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah
pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata,
kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku,
serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan
tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
B. Terjadinya Kesalahan
Berbahasa
Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa.
Keduanya memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang.
Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya sistem
kaidah bahasa yang bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara
sistematis, bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang
bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa
yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi.
Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam
melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dan
sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada berbaga tataran
linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa bila yang
bersangkutan, lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa
sebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, tetapi
karena suatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan itu biasanya tidak
lama.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya
siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.
Kesalahan biasanya terjadi secara
konsisten dan sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila
tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui
remedial, latihan, praktik, dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan
merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang
dipelajari olehnya. Bila tahap pemahaman siswa tentang sistem bahasa yang
sedang dipelajari olehnya ternyata kurang, kesalahan berbahasa tentu sering
terjadi. Namun, kesalahan berbahasa akan berkurang apabila tahap pemahaman
semakin meningkat.
Kesalahan dapat terjadi akibat kebiasaan berbahasa ( language habit
) yang salah sehingga terjadi kesalahan berbahasa ( language error ). Kebiasaan
berbahasa ini terjadi secara spontan dan biasanya sukar dihilangkan kecuali
lingkungan bahasanya diubah misalnya dengan menghilangkan stimulus yang
membangkitkan kebiasaan itu. Dan dapat
juga terjadi karena perbedaan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang
digunakannya dalam pergaulan atau komunikasi resmi. Misalnya dengan adanya
perbedaan antara bahasa ibu Sunda atau Jawa dengan bahasa Indonesia, maka akan
terjadi interferensi dari bahasa kesatu ke bahasa kedua. Kesalahan karena kasus
dwibahasawan ini misalnya kata gaji oleh orang Sunda diucapkan gajih , kata
akan oleh orang dari suku Jawa diucapkan
jadi aken dan sebagainya yang menyangkut kesalahan pada
tingkat fonologi, “ Sebulan sekali pada hari Minggu, di kampung saya selalu
mengadakan kerja bakti “ Seharusnya bentukan ( morf dalam morfologi ) yang
dipakai adalah diadakan karena memakai kata depan di.
C. Kesalahan Berbahasa
Beserta Analisisnya
a. Analisis Kesalahan
Berbahasa dari Segi Fonologi
Fonologi dalam bahasa adalah salah satu bidang dalam linguistik
yang menyelidiki tentang bunyi-bunyi dalam bahasa menurut fungsinya. Kesalahan
berbahasa dari segi fonologi adalah kesalahan berbahasa yang diperoleh dari
kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh dari alat ucap
manusia, serta kesalahan yang diperoleh dari karena perbedaan penangkapan
makna.
Kesalahan berbahasa yang dihasilkan karena kesalahan pengucapan
manusia, jika dilihat dari ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi
bahasa dapat dibadakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu vokal dan konsonan.
Vokal adalah pada pembentukan vokal bunyi bahasa yang arus udaranya tidak
mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : tinggi
rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada
pembentukan vokal itu.
1. Pada vokal
Kesalahan pengucapan pada vokal biasanya terdapat pada perbedaan
cara pengucapan oleh penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah
menjadi kebiasaan dengan cirri khasnya masing-masing, baik dari tekanan,
intonasi, serta panjang pendeknya bunyi yang membangun aksen yang berbeda-beda.
Pada vokal e, terkadang disebut dengan è atau é.
Contohnya, kata “pilek”. Orang yang berkebudayaan Jawa akan
mengatakan kata “pilek” sama halnya dengan bahasa Indonesia pada umumnya, namun
terkadang terdapat kebudayaan yang dialek/logatnya justru berbeda, seperti
Sumatra, Flores, dan daerah luar jawa lainnya.
2. Pada konsonan
Kesalahan pengucapan pada konsonan sesuai dengan aslinya, konsonan
dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni : (1).
Keadaan pita suara, (2). Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.
a. Keadaan Pita Suara
Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara
yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang
ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara
pada titik-titik tertentu.
b. Daerah Artikulasi
Artikulasi atau pembentukan vokal, dimana udara yang berasal dari
pernafasan melalui pita suara dan kaviti-kaviti yang ada dibentuk menjadi suara
yang dipakai untuk berbicara dibantu oleh organ-organ bicara seperti bibir,
lidah gigi dan sebagainya.
Artikulasi Vowel (Huruf Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah
diucapkan dengan saluran suara yang terbuka (open vocal tract). Secara umum
dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir dan pharynx.
Artikulasi Konsonan (Huruf Mati). Karakteristik dari konsonan
adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang
diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya
diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
c. Cara artikulasi
Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi
menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/t;
orrission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apic, distortion (pengucapan
untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition
(penambahan).
Pada kasus ini,
seseorang yang mengalami kesulitan artikulasi sehingga dikatakan melakukan
kesalahan dalam berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.
b. Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi
Morfologi
Kesalahan berbahasa dari segi morfologi adalah kesalahan berbahasa
yang terletak pada ketidaktepatan pada bentuk-bentuk kata.
Pada analisis ini ada beberapa segi kesalahan dan memerlukan
ralat/pembenaran, diantaranya :
a. Kesalahan Pada Diksi
(pemilihan kata)
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah
kalimat/tuturan karena arti atau makna
sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi
kesalahan pemilihan kata maka akan
terjadi pergeseran arti/ makna kalimat,
tidak sebagaimana diinginkan oleh penulisnya.
Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas
arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Kesalahan yang lakukan pada pemilihan kata meliputi (1) penggunaan
kata yang benar-benar tidak tepat untuk
suatu konteks kalimat tertentu (2) penggunaan kata yang tidak lazim dalam
konteks masyrakat Indonesia (3) pengunaan sinonim kata yang tidak tidak
benar-benar tepat sebagaimana dituntut konteks kalimat tertentu (4) kerancuan
dalam penggunaan kata-kata yang mirip, seperti penggunaan ada dan adalah ,
mudah dan murah, dsb. (5) penggunaan kata-kata yang merupakan hasil terjemahan
secara harafiah dan (6) kesalahan penggunaan kata terjemahan
yang bersinonim, seperti kata to leave yang terjemahan bahasa
Indonesianya meninggalkan dan berangkat.
Pasangan kata seperti inilah yang sering dikacaukan dalam penggunaannya.
Beberapa kata yang kesalahan
pemakaiannya cukup sering adalah kata ada
yang dikacaukan dengan kata
adalah; penggunaan pronomina kita
dengan kami (yang dalam bahasa
Inggris ‘us’); kata berangkat dengan
kata meninggalkan; kata cara dengan kata secara; kata tidak
dengan kata bukan; kata ada dengan kata mempunyi. Beberapa contoh
kesalahan pembelajar dalam memilih kata di paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
a) Situasi ini pusing
untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
b) Saya berbicara dengan
sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
c) Adalah banyak penjual dan pembeli dalam
pasar.
d) Kami berangkat SMA 3
kira-kira pada jam sepuluh malam.
h) Menurut tradisi,
orang Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu sekarang ekonomi Batak sangat
beruntung pada karet dan kopi. A
Alternatif pembenarannya:
a) Situasi ini
membingungkan anak-anak dan sangat
mempengaruhi mereka.
b) Saya berbicara dengan
sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam tahun.
c) Ada banyak penjual
dan pembeli di dalam pasar itu.
d) Kami meningglkan SMA 3
kira-kira pada jam sepuluh malam..
b. Kesalahan Penggunaan
Afiks
Kesalahan penggunaan afiks me-, yang dapat dikacaukan dengan
penggunaan afiks di- . Hal ini juga berkaitan dengan bentuk aktif dan pasif
yang akan diuraikan tersendiri. Kesalahan lain yang intensitasnya juga cukup
sering dilakukan adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan pemakaiannya
dengan afiks ber-. Afiks me- yang dikacaukan dengan penggunaan verba bentuk
dasar dan verba bentuk dasar + -i. Kesalahan lain yang intensitas terjadinya
relatif sering adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan dengan afiks
me-....-kan, afiks me-....-kan yang dikacaukan penggunaannya dengan afiks ber-,
dan penggunaan verba bentuk dasar yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks
ber-.
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
a) Saya nikmat perjalan
di Indonesia.
b) Kalau orang tua
perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
c) Ketika saya membaca
tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
d) Kain batik paling
terkenal di Australia dan sekarang saya tahu bagaimana batik membuat
menggunakan dua cara, batik cap dan batik tulis tangan.
Alternatif pembenarannya:
a) Saya menikmati
perjalanan di Indonesia.
b)Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama
ibunya.
c) Ketika saya membaca
berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
d) Kain batik paling
terkenal di Australia dan sekarang saya mengetahui cara membuat batik yang menghasilkan dua jenis batik, batik cap dan batik tulis tangan.
c. Kesalahan Urutan
Kata
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk
tataran yang lebih tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang
diterangkan berada di depan yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi
kesalahan dalam urutan ini. Dari hasil analisis data penelitian ini, ada 74
kesalahan dalam hal urutan kata. Para pembelajar melakukan pembalikan atas
urutan kata sebagaimana terlihat dalam beberapa contoh di bawah ini.
Contoh kesalahan dalam urutan kata:
(1) Hari ini, menarik
hari.
(2) Keluarga adalah
sosial kesatuan yang paling penting bagi
orang Batak Toba.
(3) Bernama ini
‘Ngelangkahi’.
(4) Kadang-kadang orang
yang datang baru menjadi terkejut, mereka harap memenuhi mimpi mereka.
Alternatif pembenarannya:
(1) Hari ini adalah hari
yang menarik.
(2) Keluarga adalah kesatuan sosial yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3) Ini bernama
‘Ngelangkahi’.
(4) Kadang-kadang, orang
yang baru datang menjadi terkejut karena mereka berharap mimpi mereka
terpenuhi.
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai
unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari
sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana
dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Kesalahan berbahasa
terjadi karena :
1. belum dikuasainya
sistem kaidah bahasa yang bersangkutan
2. faktor kompetensi,
artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.
Kesalahan biasanya terjadi secara
konsisten dan sistematis
3. akibat kebiasaan
berbahasa ( language habit ) yang salah sehingga terjadi kesalahan berbahasa (
language error)
4. karena perbedaan
struktur bahasa ibu dengan bahasa yang digunakannya dalam pergaulan atau
komunikasi resmi (kesalahan dwibahasawan)
Analisis kesalahan berbahasa dapat dipandang dari segi fonologi dan
morfologi, dimana kesalahan tersebut harus segera diadakan ralat/pembenaran
agar kesalahan yang terjadi dalam berbahasa tidak semakin fatal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar