BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tasybih Maqlub
Tasybih maqlub adalah menjadikan musyabbah sebagai musyabbah
bih dengan mendakwakan bahwa titik keserupaannya lebih kuat pada musyabbah. [1]
Tasybih pula yaitu
yang memenuhi tujuan tasybih, seperti keadaan musyabbah-bih lebih dikenal dari
musyabbah tentang wajah syabahnya.[2]
Tasybih Maqlub
(Tasybih Yang Dibalik) Asalnya, sifat yang ada pada musyabbah bih mesti lebih
kuat daripada sifat pada musyabbah. Namun dalam tasybih maqlub, kondisi
tersebut dibalik yakni sifat yang ada pada musyabbah lebih kuat daripada yang
ada pada musyabbah bih. Pembalikan ini dilakukan untuk tujuan mubalaghah, yakni
untuk menunjukkan bahwa sifat yang ada pada musyabbah sudah sangat kuat dan
agar perhatian memang tertuju pada musyabbah.[3]
Contoh dari Muhammad bin Wuhaib Al-Himyari :
وبداالصبَاح كأن غرته # وجه الخليفة حين يمتدح
Pagi
telah muncul, seakan-akan gebyarnya adalah wajah khalifah ketika dipuji.
Al-Himyari menyatakn bahwa cemerlangnya gebyar pagi itu menyerupai
wajah khalifah ketika mendengar pujian dan sanjungan untuknya. Dari pernyataan
ini dapat diketahui tasybih yang dibuat oleh Al-Himyari keluar dari gambaran
yang ada di hati kita, yakni bahwa
selamanya sesuatu itu diserupakan pada yang lain yang lebih kuat dalam titik
keserupaannya. Yang sering terdengar adalah bahwa wajah khalifah menyerupai
gebyar pagi, sedangkan Al-Himyari menyatakan sebaliknya dengan maksud untuk
berlebih-lebihan dan habis-habisan mendakwakan bahwa wajah syibbeh lebih
kuat pada musyabbah. Tasybih demikian merupakan salah satu keunggulan
seni dan kaeindahan bahasa.
Contoh dari Buhturi :
كأن سناهابالعشي لصبحها # تبسم عيس حين يلفظ بلوعد
Seakan-akan
cahaya awandi sore hari sampai menjelang pagi itu adalah senyuman Isa ketika
mengucapkan janji.
Al-Buhturi
menyerupakan cahaya awan yang terus-menerus memantul sepanjang malam dengan
senyuman orang yang dipujinya ketika menjanjikan pemberian. Padahal sudah pasti
bahwa pantulan cahaya awan itu lebih kuat daripada pantulan cahaya senyuman.
Dan yang bisa kita dengar adalah senyuman diserupakan dengan dengan pantulan
cahaya awan, sebagaimana kebiasaan para
penyair. Akan tetapi Al-Buhturi menyatakan tasybih sebaliknya.[4]
Tasybih maqlub adalah yang dibalik, maksudnya kata yang semestinya menjadi
musyabah dibalik menjadi musyabbah bih, contoh:
كأن سواد اليل شعر فا حم
"Seakan gelap
malam itu adalah rambut yang hitam"[5]
[1] Ali Al-Jarim
& musthafa Usman. Terjemahan
Al-Balaaghatul Wadihah. (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010),hal. 78-79
[2] Imam Akhdlori.
Ilmu Balaghoh. (Bamdung : Alma’arif, 1982).hal. 167
[4] Ali Al-Jarim
& musthafa Usman. Terjemahan
Al-Balaaghatul Wadihah. (Bandung : Sinar Baru Algensindo),hal. 78-79
Tidak ada komentar:
Posting Komentar