Senin, 21 Januari 2013

Tasybih Maqlub



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Tasybih Maqlub
Tasybih maqlub adalah menjadikan musyabbah sebagai musyabbah bih dengan mendakwakan bahwa titik keserupaannya lebih kuat pada musyabbah. [1]
            Tasybih pula yaitu yang memenuhi tujuan tasybih, seperti keadaan musyabbah-bih lebih dikenal dari musyabbah tentang wajah syabahnya.[2]
Tasybih Maqlub (Tasybih Yang Dibalik) Asalnya, sifat yang ada pada musyabbah bih mesti lebih kuat daripada sifat pada musyabbah. Namun dalam tasybih maqlub, kondisi tersebut dibalik yakni sifat yang ada pada musyabbah lebih kuat daripada yang ada pada musyabbah bih. Pembalikan ini dilakukan untuk tujuan mubalaghah, yakni untuk menunjukkan bahwa sifat yang ada pada musyabbah sudah sangat kuat dan agar perhatian memang tertuju pada musyabbah.[3]
Contoh dari Muhammad bin Wuhaib Al-Himyari :
وبداالصبَاح كأن غرته # وجه الخليفة حين يمتدح
Pagi telah muncul, seakan-akan gebyarnya adalah wajah khalifah ketika dipuji.
Al-Himyari menyatakn bahwa cemerlangnya gebyar pagi itu menyerupai wajah khalifah ketika mendengar pujian dan sanjungan untuknya. Dari pernyataan ini dapat diketahui tasybih yang dibuat oleh Al-Himyari keluar dari gambaran yang ada di  hati kita, yakni bahwa selamanya sesuatu itu diserupakan pada yang lain yang lebih kuat dalam titik keserupaannya. Yang sering terdengar adalah bahwa wajah khalifah menyerupai gebyar pagi, sedangkan Al-Himyari menyatakan sebaliknya dengan maksud untuk berlebih-lebihan dan habis-habisan mendakwakan bahwa wajah syibbeh lebih kuat pada musyabbah. Tasybih demikian merupakan salah satu keunggulan seni dan kaeindahan bahasa.


Contoh dari Buhturi :
كأن سناهابالعشي لصبحها # تبسم عيس حين يلفظ بلوعد
Seakan-akan cahaya awandi sore hari sampai menjelang pagi itu adalah senyuman Isa ketika mengucapkan janji.
            Al-Buhturi menyerupakan cahaya awan yang terus-menerus memantul sepanjang malam dengan senyuman orang yang dipujinya ketika menjanjikan pemberian. Padahal sudah pasti bahwa pantulan cahaya awan itu lebih kuat daripada pantulan cahaya senyuman. Dan yang bisa kita dengar adalah senyuman diserupakan dengan dengan pantulan cahaya awan,  sebagaimana kebiasaan para penyair. Akan tetapi Al-Buhturi menyatakan tasybih sebaliknya.[4]
Tasybih maqlub adalah yang dibalik, maksudnya kata yang semestinya menjadi musyabah dibalik menjadi musyabbah bih, contoh:
كأن سواد اليل شعر فا حم
"Seakan gelap malam itu adalah rambut yang hitam"[5]






[1] Ali Al-Jarim & musthafa Usman.  Terjemahan Al-Balaaghatul Wadihah. (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010),hal. 78-79
[2] Imam Akhdlori. Ilmu Balaghoh. (Bamdung : Alma’arif, 1982).hal. 167
[4] Ali Al-Jarim & musthafa Usman.  Terjemahan Al-Balaaghatul Wadihah. (Bandung : Sinar Baru Algensindo),hal. 78-79

Tidak ada komentar:

Posting Komentar