Judul
Buku : Filsafat Ilmu
Pengarang : Tim Dosen Filsafat Ilmu (Fakultas
Filasafat UGM)
Penerbit : Liberty Yogyakarta
Tahun
Terbit : Cetakan I (2001). Cetakan II
(2002), Cetakan III (2003), Cetakan
IV
(2007). Cetakan V (2010)
Kota
Terbit : Yogyakarta
Halaman : 183 Halaman
Buku filasafatilmu ini disusun oleh
Tim Dosen Filsafat Ilmu. Fakultas filsafat
Universitas Gadjah Mada. Gagasan penyusunan ini bermula dari ketentuan
dicanangkannya mata kuliah filsafat ilmu sebagai mata kuliah wajib seluruh
fakultas dilingkungan universitasGadjah Mada.
Buku ini
ditunjukkan bagi mahasiswa di slruh prguruan tnggi, shingga materi yg disajikan
lebih bersifat umum dan lugas. Juga dipertimbangkan berbagai hambatan teknis
sekaligus psikologis didalam penyampaian kiliah filsafat ilmu, terutama bagi
mahasiswa non filsafat. Paling tidak mahasiswa non filsafat dibawa ke alam
pemikiran filsafat secara perlahan dan tidak sporadis. Namun sebagai sebuah
buku pegangan perkuliahan tetapa memperhatikan syarat” ilmiah.
Judul Buku : Filsafat Ilmu
Pengarang : DR. Amsal Bakhtiar, M.A.
Penerbit : Rajawali Pers
Tahun Terbit : 2005
Halaman : 239 + XIV
Buku ini berjudul Filsafat Ilmu yang ditulis oleh DR. Amsal Bakhtiar, MA
(penulis) dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta. Tujuan penulisan
buku ini adalah untuk mendorong dan membantu civitas akademika dalam proses
perkuliahan tentang Filsafat Ilmu. Selain itu buku ini juga berguna bagi kaum
awam untuk menyelami dan memperluas wawasan tentang hakikat ilmu secara
filsafat.
Bagian pertama buku ini membahas tentang Ruang Lingkup Filsafat Ilmu.
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait. Filsafat
sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal mempunyai obyek material
dan obyek formal. Obyek materinya adalah segala yang ada baik yang tampak
(dunia empirik) maupun yang tidak tampak (alam metafisik). Sementara Ilmu juga
memiliki dua obyek yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek materialnya
adalah alam nyata misalnya tubuh manusia untuk ilmu kedokteran, planet untuk
ilmu astronomi dan lain sebagainya. Sedangkan obyek formalnya adalah metoda
untuk memahami obyek material misalnya pendekatan induktif dan deduktif.
Pada buku ini juga dijelaskan kebenaran epistemologis dengan anggapan penulis bahwa kebenaran
ontologis dan semantis sudah tercakup didalamnya. Ada empat teori yang
menjelaskan tentang kebenaran epistemologi yaitu yang pertama adalah teori
korespondensi, yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kemanunggalan antara
subyek (esensi yang diberikan) dengan obyek (esensi yang melekat pada
obyeknya). Kedua adalah teori koherensi yang menyatakan bahwa kebenaran
ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan sebelumnya
yang telah diketahui dan diakui kebenarannya terlebih dahulu. Disebut koheren
jika memenuhi empat syarat penegrtian yang bersifat psikologis, logis,
kepastian dan keyakinan tidak dapat dikoreksi dan kepastian yang dignakan dalam
pembicaraan umum. Teori kebenaran yang ketiga adalah pragmatisme kebenaran yang
menyatakan bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil semata-mata bergantung
pada azas manfaat (bersifat fungsional bagi manusia) dan teori terakhir adalah
agama sebagai teori kebenaran. Dalam teori ini sesuatu dinyatakan benar apabila
sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.
Epistemologi
atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta
pertanggung-jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai
metode tersendiri dalam teori ilmu pengetahuan diantaranya metode induktif,
metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatif, dan metode dialektis.
Dengan kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, Gregory Bateson
menilai kemajuan ini cenderung memperbudak manusia akibat dari kesalahan
epistemologi barat dan ini harus diluruskan.
Bab terakhir
dari buku ini membahas tentang sarana ilmiah. Bahasa, matematika dan statistik
serta logika merupakan sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan
kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang sehingga
tiada batas dunia baginya. Matematika juga merupakan bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin disampaikan.
Lambang-lambang matermatika bersifat artifisial yang mempunyia arti tersendiri.
Sementara buku ini mendefenisikan statistika sebagai sekumpulan metoda untuk
membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu. Sarana
ilmiah lainnya adalah logika. Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis,
valid dan dapat dipertanggung-jawabkan. Untuk mendapatkan sebuah kesimpulan,
mungkin membutuhkan pemikiran yang rumit, panjang dan berliku-liku, sehingga
diperlukan hukum-hukum pikiran beserta mekanisme yang dapat digunakan secara
sadar untuk mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu. Buku ini
menyebutkan ada tujuh aturan berpikir dengan benar yaitu : mencintai kebenaran,
menyadari apa yang dikerjakan, menyadari apa yang dikatakan, dapat membedakan
dua hal yang samatetapi tidak identik, mencintai definisi yang tepat, menyadari
kenapa membuat kesimpulan demikian dan mampu menghindari dan mengindentifikasi
kesalahan pemikiran.
Judul
Buku : Filsafat Sosial
Pengarang : Hans Fink
Penerbit : Pustaka Pelajar
Tahun
Terbit : 2003
Kota
Terbit : Yogyakarta
Halaman : 197 Halaman
Berbagai
program dari partai-partai politik dan gerakan-gerakan sosial adalah upaya
untuk merumuskan platfrom atau panduan yang konsisten bagi tindakan bersama.
Biasanya mereka menawarkan upaya berupa analisis atas terjadinya berbagi hal,
serta saran-saran mengenai berbagai tujuan dan sarana yang diperlukan di masa
depan. Filsafat sosial adalah wacana yang membahas isu-isu fundamental, yang
dikarenakahn isu-isu itulah program politik menjadi berbeda satu sama
lain.
Buku
filsafat sosial ini menyajikan alasan tentang beberapa sistem filsafat sosial
yang amat berpengaruh, yang dijadikan sebagai titik tolak bagi orientasi
diskusi modern. Paparan atasa berbagai tahap dalam sejarah filsafat sosial
dikemukakan dalam kaiitannya dalam pembahasan tentang lingkungan sosial yang
berubah. Pembahasannya terbatas pada tradisi filsafat sosial Eropa sejak Abad
pertengahan hingga saat ini. Dapat dikatakan bahwa pembahasan itu menggambarkan
kelahiran dan keruntuhan pasar bebas sebagai perentara sosial utama dan sebagai
kunci untuk memahami masyarakat.
Kajian
atas filsafat sosial bukan hanya penting untuk mencermati berbagai hal melalui
persfektif yang lebih luas, namun juga untuk menetapkan pikiran, dengan cara
yang terpelajar, tentang apa yang mesti dilakukan.
Dengan lebih banyak mengacu pada
tradisi umum filsafsat sosial dari pada tradisi-tradisi yang lebiih khusus
berupa filsafat moral, filsafat politik, filsafat hukum, sejarah, atau
ilmu-ilmu sosial, ingin menekankan kesatuan fundamental dari berbagai ragam
refleksi menenai masyarakat. Dan dengan menampilkan filsafat sebagai bagian
integral dari proses sosial, dan berharap untuk bisa menghindari kesalahan yang
menganggap filsafat sebagai bidang yang mengawang-ngawang dan tidak bersinggung
dengan perjuangan politik, atau sedemikian ganjil sehingga tidak relevan dan
perjuangan politik itu.
Judul
Buku : Filsafat Ilmu
Pengarang : Dr. Cecep Sumarna
Penerbit : CV. Mulia Press
Tahun
Terbit : 2008
Halaman : 271 Halaman
Buku
yang berjudul “Filsafat Ilmu” ini adalah suatu tulisan tentang filsafat yang disebut
sebagai induknya ilmu, dimana filsafat telah banyak berjasa dalam proses
kemajuanilmu itu sendiri. Bahkan tidak sedikit diantara para tokoh atau ilmuan
jugadisebut sebagai filsuf, karena ilmunya mumpuni dan cara berpikirnya sudah
termaktub dalam kriteria berfikir filsafat.
Penulisan
dalam buku ini memuat tentang suatu prinsip yang disebut sebagai cara berpikir
filsafat. Ketika kita berfilsafat berarti kita sedang berfikir, dan tidak
berarti berfikir dapat disebut berfilsafat. Setidaknya ada beberapa ciri
berpikir filsafat, diantaranya, pertama, radikal yaitu berpikir sampai ke
akarnya ; kedua, sistemik, yaitu berpikir secara logis, bergerak selangkah demi
selangkah penuh kesadaran, berurutan dan penuh rasa tanggung jawab ; ketiga,
universal (berpikir secara menyeluruh, tidak terbatas pada bagian – bagian
tertentu).
Jadi,
filsafat adalah sesuatu yang berharga dan bermanfaat dalam perkembangan umat
manusia, terlebih dalam dunia pengetahuan dan ilmu. Dalam pengembangan,
pengujian atau pembuatan ilmu pun filsafat punya wadah khusus yang tugas dan
fungsinya di bidang tersebut, yaitu filsafat ilmu.
Dihadapkan
pada nilai guna dan manfaatnya, maka di dalam buku ini diuraikan tentang
pandangan terhadap filsafat ilmu yang layak untuk terus dikaji dan dipahami setiap
orang, termasuk diantaranya para akademisi dan ilmuwan di bidangnya. Karena
tidak menutup kemungkinan dengan filsafat ilmu ini ilmu baru akan tercipta dan
tercipta dari ilmu sebelumnya.
Di
samping itu, buku ini juga mengajak kita untuk lebih mengenal tentang filsafat
ilmu yang mengajarkan kepada kita untuk terus mempertanyakan dimensi why,
sehingga menuntut kita masuk kedalam logika orang. Bukan sebaliknya, memaksa
orang dalam logika kita. Yang terpenting dalam filsafat ilmu, dengan filsafat
ilmu, kita diajak untuk menelusuri dan membuktikan sesuatu ilmu dan pengetahuan
itu yang harus betul-betul bermakna buat kita dan keberlangsungan umat manusia.
Buku yang ditulis oleh Cecep Sumarna
ini, pada hakekatnya ingin mengungkapkan tentang pengetahuan, ilmu dan anak
turunannya (teknologi) yang selalu menjadi perhatian orang. Wajar saja ini
dituangkan dalam tulisan ini, karena hampir setiap dinamika kehidupan manusia
akan sangat tergantung pada tiga persoaan di atas. Abad ini, yang disinyalir
oleh berbagai ahli sebagai abad informasi, telah menggeser paradigm berpikir
masyarakat. Perubahan paradigma dimaksud, salah satunya dipengaruhi kuat oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi saat ini
misalnya, bukan hanya sekedar dijadikan alat, tetapi ia kini telah menjadi
komoditi yang dapat diperjual belikan dengan berbagai kepentingan. beliau mampu
mencermati dan mengimbangi hal tersebut dengan menampilkan pemikirannya
terhadap sesuatu yang sedikit jarang dilakukan dan diperhatikan orang, dan
ini menurut saya cukup urgen untuk diteliti lebih jauh, yaitu pembahasan
mengenai hakikat pengetahuan, ilmu dan teknologi itu sendiri khususnya ketika
harus berelasi dengan manusia.
Judul
Buku : Epistemologi Dasar
Pengarang : J. Sudarminta
Penerbit : Pustaka Filsafat
Tahun
Terbit : 2000
Halaman : 196 Halaman
Dalam persfektif pencarian
kebijaksanaan, kegiatan manusia mengetahui merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari cara berada manusia. Knowing is amade of being. Kegiatan
manusia mengetahui merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan manusia untuk
hidup sebagai mansia. Pengetahuan kita cari dan kembangkan agar kita dapat
bertindak secara lebbih tepat dalam interaksi kita dengan dunia, masyarakat
sekitar, diri kita sendiri dan bagi orang yang beriman, juga dengan Tuhan.
Knowledg is for the sake of action. Kita mencari pengetahuan agar dapat
bertindak secara tepat dan berdaya guna.
Judul
Buku : Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer
Pengarang : Jujun S. Suriasumantri
Penerbit : Sinaar Harapan
Kota
Terbit : Jakarta
Tahun
Terbit : 1984
Halaman : 382 Halaman
Buku
ini merupakan sumbangan berarti bagi dunia perbukuan Indonesia yang masih
gersang. Sebab, merupakan buku filsafat ilmu, pertama di Indonesia, yang
ditulis secara populer sangatkomprehensif, karena selain membahas masalah
filsafat ilmu (an sich), juga membahas masalah bahasa, sangkut paut ilmu
dengan kebudayaan, dan masalah penulisan ilmiah.Jujun Suriasumantri memulai
bukunya dengan menjelaskan dasar-dasar pengetahuan. Sesudahitu, ia meningkat
pada ontologi, epistemologi. Dan kemudian berpindah ke sarana
berpikir ilmiah: aksiologi ilmu dan kebudayaan, ilmu dan bahasa,
penelitian dan penulisan ilmiah. Suatuhorison yang amat luas sebenarnya untuk
dicakup dalam satu buku. Kendati demikian, Jujun berhasil menyampaikan
pesannya secara efektif terutama melalui gambar-gambar dan
syair-syair yang sangat relevan.Tapi kekuatan buku ini sebenarnya terletak
pada bagian-bagian sesudah Bab IV yang mulaimembahas sarana berpikir ilmiah.
Banyak
buku filsafat ilmu diterbitkan. Tetapi, umumnya kurang penekanan pada aspek
sarana berpikir ilmiah, terutama mengenai hubungan bahasadengan ilmu. Jujun
memerlukan satu bab tersendiri untuk membahas masalah itu - suatu hal
yangsangat terpuji karena orang Indonesia banyak yang tidak menginsafi betapa
erat hubungan bahasa dan penguasaan bahasa dengan berpikir secara ilmiah
(scientific thinkng).Misalnya bahasa Jerman, beserta strukturnya, sangat baik
untuk mengutarakan analisa yang berat: pikiran metafisika, epistemologi
dan ilmiah. Sebaliknya bahasa Prancis. Bahasa ini sangat baik untuk
mengutarakan ide. Karena itu, para ahli bahasa Indonesia, beserta para
ilmuwannya,mempunyai kewajiban moral menyempurnakan bahasa Indonesia, agar
dapat berfungsi sebagai bahasa ilmiah bukan saja dalam menciptakan
istilah-istilah baru, tapi juga menyempurnakanstruktur dan kaidah-kaidahnya.
Ini, antara lain, terlihat pada penggunaan kata ulang seperti bahan-bahan
dan kapal perang-kapal perang. Bentuk jamak demikian sangat tidak efisien dalam penulisan
ilmiah.Dalam bab "Nuklir dan Pilihan Moral", Jujun mengemukakan
masalah penggunaan senjatanuklir pada Perang Dunia II.
Pemilihan
subyek ini sangat relevan. Juga diterbitkannya kopi suratIlmuwan Albert
Einstein kepada presiden AS Franklin Roosevelt sangat tepat.Kelemahan buku ini?
Jika dicari-cari, tidak ada gading yang tak retak. Sebaliknya,
kelebihannya jauh lebih banyak dari kekurangannya. Jujun, misalnya, tidak
menyebutkan segi-segl yang tak dapat dijangkau oleh ilmu itu sendiri.
Ilmu, sekalipun berdasarkan observasi, tetap bersandar pada semacam
kepercayaan bahwa ada keteraturan dalam alam yang tidak dapat diamati
danditerangkan secara rasional.Science (ilmu dalam istilah Jujun) hanya dapat
mengatakan tentang "what is and what is not".Sedangkan
agama (tepatnya teologi) juga hanya dapat mengatakan tentang "what should
andwhat should not". Di sinilah letak komplementaritas antara ilmu
dan agama. Karena itu Einsteinmengatakan, "Science without religion is
blind, and religion without science is lame." Hal inilahyang
benar-benar harus dimengerti khalayak ramai.
Di
samping itu, masih terlalu banyak orang menganggap ilmu sebagai magicbox, yang
segala bisa. Padahal, tidak demikian. Pengertian ini, menurut saya,
harus disampaikan kepada khalayak ramai secara populer. Hal ini sangat
relevan dengan dilema pilihan menggunakan bom nuklir atau tidak menjelang
akhir Perang Dunia II lalu.Kelemahan lain, buku ini hanya dilengkapi indeks
sebanyak dua halaman - yang menurut sayasangat kurang.
Judul Buku : Filsafat Pendidikan
Pengarang :Prof. Imam Barnadib, M.A., Ph.D
Penerbit : Adicita Karya Nusa
Kota
Terbit : Yogyakarta
Tahun
Terbit : 2000
Halaman : 84 Halaman
Pendidikan dan filsafat adalah dua cabang kelimuan
yang sebenarnya saling terkait. Pendidikan semestinya harus berbasis pada
filosofi kendati sekarang ini pendidikan dianggap sudah agak melenceng dari
filosofinya. Jargon “mencerdaskan kehidupan bangsa” seakan-akan hanya tinggal
slogan semata karena pendidikan di Indonesia semakin mahal dan sulit dijangkau
oleh masyarakat yang kurang mampu.
Sejak semula, filsafat sebenarnya berusaha membantu
pendidikan dalam meletakkan sendi-sendi, teori, strategi, dan tindakan
pendidikan yang tepat dilakukan. Seiring perkembangan zaman, filsafat pendidikan
cenderung hanya menjadi kajian belaka, namun nyaris tidak pernah diterapkan di
lapangan. Akibatnya, lulusan sekolah hanya berujung pada kuantitas, bukan
kualitas. Lembaga pendidikan pun terjebak pada kuasa modal sehingga pendidikan
yang baik hanya bisa dinikmati oleh orang yang punya uang.
Saat ini, pemahaman tentang filsafat pendidikan
kembali menyeruak. Berbagai forum digelar untuk mencari formasi yang tepat bagi
pendidikan modern. Buku di hadapan Anda ini adalah salah satu referensi yang
cukup seimbang untuk dijadikan rujukan dalam memahami filsafat pendidikan.
Dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, Imam Barnadib, penulis buku ini,
menerangkan filsafat pendidikan dengan gamblang. Bagi Anda peminat kajian
pendidikan dan filsafat pendidikan, buku ini tepat untuk dijadikan rujukan.
Buku setebal 85 halaman ini terbagi menjadi 5 bab. Bab
I berisi pendahuluan (h.1-3), Bab II membahas tentang makna dan sistem
pendidikan (h. 3-39), Bab III membahas tentang teori pendidikan dan filsafat
pendidikan (h. 41-52), Bab IV membincangkan tentang lingkungan pendidikan
sosial (h. 53-72), dan Bab V berisi tentang rangkuman serta refleksi tentang
filsafat pendidikan (h. 75-80). Buku ini enak dibaca dan dipahami karena
penulis menyertakan rangkuman pada setiap babnya. Dengan begitu pembaca menjadi
mudah untuk mengerti maksud atau inti pembahasan pada setiap bab dalam buku
ini.
Oleh masyarakat umum, pendidikan umumnya dipahami
sebagai kegiatan belajar dan mengajar di sebuah lembaga pendidikan, seperti
sekolah atau perguruan tinggi. Dalam konteks filsafat pendidikan, pemahaman ini
dirasa kurang tepat karena pendidikan sebenarnya bisa berlangsung di mana saja,
misalnya di lingkungan keluarga, masyarakat, atau lingkungan yang lebih luas
(h. 53-70).
Makna dari filosofi pendidikan yang dijelaskan di atas
menjadi penting untuk dipahami agar masyarakat tidak terlalu mengagungkan
pendidikan dalam pandangan kelembagaan formal. Persepsi yang demikian justru
mengakibatkan orang menjadi sempit berfikir, bahwa ilmu hanya di dapat di sekolah.
Ketika sekolah dianggap hanya satu-satunya tempat pendidikan, orang akan merasa
malu jika anaknya tidak sekolah. Hal ini akan menjadi masalah jika negara tidak
mampu memberikan pendidikan yang murah dan berkualitas kepada masyarakat.
Dalam
konteks pemahaman seperti ini, buku ini hadir untuk mengingatkan pentingnya
kembali ke makna pendidikan, bukan formalisasi pendidikan. Demi pembangunan
sumber daya manusia, makna pendidikan menjadi dasar dari segalanya. Sekali
lagi, pendidikan dapat diperoleh di mana saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar