Senin, 21 Januari 2013

Isti’aarah Murasysyahah dan Isti’aarah Mujarradah



A.    Pendahuluan
Menggunakan kata kiasan dalam mengungkapkan sebuah ide merupakan gejala universal di semua bahasa, Arab, Inggris, Indonesia, Belanda dan sebagainya. Bahasa Arab -tidak bermaksud untuk megucilkan bahasa yang lain-nampaknya lebih sering menggunakan kata-kata dalam bentuk kiasan. Menurut kajian ilmu-ilmu Balaghah, ungkapan dalam bentuk majaz lebih berkesan daripada ungkapan hakiki. Berkesan di sini dalam arti mempunyai nilai tinggi dan makna yang dalam karena tidak seperti ungkapan-unkapan seperti biasanya. Misalnya, seseorang hendak memuji kebaikan orang lain dengan berkata “sungguh, kau adalah malaikat bagiku.” Ekspresi ini tentunya lebih bermakna dari pada mengatakan “kau sangat baik, telah membantuku menyelesaikan masalah ini.” perumpamaan “malaikat” tentunya dimaksudkan untuk mengungkapkan kebaikan yang sifatnya lebih dari pada sekadar dengan menyebut “sangat baik”.

Hal ini tidak hanya terjadi dalam percakapan sehari-hari, al-Qur’an juga banyak menyuguhkan ungkapan-ungkapan kiasan dalam menyampaikan pesannya. Contohnya pada surat al-Baqarah ayat 187,

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ

“makanlah dan minumlah sehingga tampak jelas bagimu benang putih dari benang hitamnya fajar, kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam.”

“Benang putih dari benang hitamnya fajar” yang dimaksud dalam ayat ini bukan benang dalam arti alat yang biasanya dipakai untuk menjahit, akan tetapi –sebagaimana dijelaskan oleh Nabi dalam hadisnya-, bahwa maksud ayat ini adalah putihnya siang dan hitamnya malam.

Sekilas, memahami kata-kata kiasan dalam al-Qur’an terlihat tidak begitu sulit karena masih ada hadis Nabi yang menjelaskannya. Lain halnya dengan ungkapan-ungkapan majaz yang kemudian diucapkan oleh Nabi sendiri, siapa yang akan menjelaskannya kalau Nabi tidak memberikan klarifikasi sendiri? Padahal di waktu yang bersamaan fakta menunjukkan bahwa memang banyak ungkapan majaz ditemukan pada hadis Nabi.

Mengatasi problem ini, ulama hadis khususnya berinisiatif untuk menyusun beberapa kaidah pemaknaan hadis yang salah satunya adalah makna hakiki dan majaz dalam hadis. Memahami makna hakiki dan majazi juga menjadi salah satu step untuk bisa memahami hadis. Oleh karena itu pula tulisan ini hadir di tengah-tengah para calon muhaddis sebagai penyambung lidah dan penyampai informasi tentang beberapa kajian ulama mengenai pemahaman makna hakiki dan majaz dimaksud dengan harapan semoga bacaan sederhana ini bisa menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat.









B.     Pembahasan
Isti’aarah Murasysyahah dan Isti’aarah Mujarradah
Isti’aarah Murasysyahah yaitu isti’aarah yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih. Isti’aarh Mujarradah adalah isti’aarah yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah
 Seperti firman Allah :
أولئك الذين اشترو الضلالة بالهدى فما ربحت تجارتهم
            Artinya : mereka adalah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya. (Q.S Al-Baqarah : 16)
Kata pembelian itu dipinjam untuk menunjukkan makna penggantian, kemudian disambungkan dengan sesuatu yang   bersesuaian dengannya, yaitu laba dan perniagaan.
Al-Buhturi berkata :
يؤدون التحية من بعيد # إلى قمر من الإيوان باد
Mereka menyampaikan penghormatan dari kejauhan kepada bulan dari tempat yang tinggi di daerah pedalaman.
Allah Swt. Berfirman :
إنا لماطغاالماء حملنكم فى الجارية.
Artinya : Sesungguhnya Kami, ketika air telah naik (sampai ke gunung), Kami bawa (nenek moyang kamu) ke dalam bahtera. (QS Al-Haqqah : 11)
Pada contoh-contoh diatas terdapat beberapa isti’aarah tashrihiyyah, yakni lafadz isytarau bermakna ikhtarau (memilih), lafafdz qamar dengan maksud orang yang dipuj, dan lafadz thagaa bermakna bertambah atau naik. Dan masing-masing isti’aarah memiliki karinah; karinah isytarau dan lafadz adh-dhalaalata, karinah lafadz qamar adalah yu’adduuna at-tahiyyata, dan karinah thagaa adalah lafadz al-maa.
Bila kita perhatikan isti’aarah pertama, maka akan kita temukan kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih- yang menjadi isti’aarah-, dengan- yang menjadi isti’aarah-, dan kata-kata tersebut adalah famaa rabihat tijaaratuhum. Demikian pula bila kita perhhatikan isti’aarah kedua, akan kita temukan kata-kata minal-iiwaani baad. Dan bila kita perhaikan isti’aarah ketiga kata-kata serupa tidak kita temukan.

b. Al-Buhturi berkata :
وأرى المنا ياإن رأت بك شيبة # جعاتك مرمى نباها المتواتر
Saya melihat kematian itu bila telah dilihatnya bahwa kamu beruban, maka ia jadikan kamu sebagai sasaran anak panahnya yangbtelah direntankan.
كان فلان أكتب الناس إذا شرب قلمه من دواته أوغنى فوق قرطاسه
Pulan adalah orang yang paling hebat tulisannya ketika penanya minum tinta dan menari diatas kertas nya.
Quraizh bin Unaif berkata :
قوم إذا الشر أبدى ناجذيه لهم # طا روا إليه زرافات ووحدانا
Bila kejelekan menampakkan kedua taringnya kepada suatu kau, maka mereka akan menyerangnya secara berkelompok dan sendiri-sendiri.
            Tiga contoh pada bagian diatas terdapat beberapa isti’aarah makniyyah, yakni dhamir pada lafadz ra’at yang kembali pada lafadz al-manaayaa yang disempurnakan dengan manusia, lafadz al-qalam yang diserupakan dengan manusia juga, dan lafadz asy-syarr yang diserupakan dengan binatang buas. Dan masing-masing memiliki karinah; pada ist’aarah pertama kematian dikatakan melihat, pada isti’aarah kedua qalam dikatakan minum dan menyanyi, dan pada isti’aarah ketiga kejelekan dikatakan menampakkan  kedua taringnya.
Bila kita perhatikan, maka kita akan melihat bahwa pada isti’aarah yang pertama terdapat kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih, yaitu kata-kata ja’altuka marma nabliha. Pada isti’aarah kedua terdapat kata-kata yang relevan dengan musyabbah, yaitu kata-kata dawaatihii dan  qirthaasihii, sedangkan pada isti’aarah ketiga tidak terdapat kata-kata yang demikian. Isti’aarah macam pertama disebut dengan isti’aarah murasysyahah, isti’aarah macam kedua disebut isti’aarah mujarradah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar