Senin, 21 Januari 2013

Kalam Insya'i Ilmu Ma'ani



1.      Pengertian kalam insya’i
           Kata إنشاء  merupakan bentuk mashdar dari kata أنشأ. secara leksikal, kata tersebut bermakna ‘membangun, memulai, kreasi, asli, menulis, dan menyusun’. Dalam ilmu kebahasaaraban, insyai merupakan salah satu nama mata kuliah yang mengajarkan menulis.
            Insyai sebagai kebalikan dari khabari merupakan bentuk kalimat yang setelah kalimat tersebut dituturkan, kita tidak bisa menilai benar atau dusta. Jika kalam khabari yaitu kalam (kalimat) yang mengandung pengertian (arti) benar atau dusta, sedangkan kalam insya'i suatu kalimat yang tidak mengandung pengertian benar dan dusta. Kalam insya' yaitu setiap kalimat yang tidak memberi pengertian membenarkan dan tidak pula mendustakan. Contohnya kalam insya’ antara lain: kalimat perintah (amar), kalimat larangan (nahi), kalimat tannya (istifham), kalimat panggilan (nida’). Sebagaimana kalam khabari, kalam insya’i pun terdiri dari dua bagian inti yang disebut musnat ilaih (subjek atau pelaku) dan musnad (predikat atau pristiwa.
            Contoh kalimat perintah:
            Kalam insya' merupakan kebalikan dari pada kalam khabari/berita yang pada hakikatnya mengandung pemahaman kemungkinan benar dan kemungkinan dusta. Seperti: ٌ جَاءَ زَيْدmungkin betul si Zaid itu datang dan mungkin juga dusta.
            Dalam terminologi ilmu ma’ani, kalam insyai adalah:

الكلام الإنشائ هو لايحتمل الصدق والكذب
            Artinya: “Kalam insyai adalah suatu kalimat yang tidak bisa disebut benar atau dusta.
            Jika seorang mutakallim mengucapkan suatu kalam insyai, mukhattab tidak bisa menilai bahwa ucapan mutakallim itu benar atau dusta.

2.      Pembagian kalam insyai
           Secara garis besar, kalam insyai terbagi dua jenis, yaitu insyai thalabi dan inyai ghair thalabi. Kalam insyai ghair thalabi adalah suatu kalam yang tidak menghendaki adanya suatu tuntutan yang terwujud ketika kalam itu diucapkan, diantaranya ungkapan kekaguman, ungkapan pujian, ungkapan celaan, ungkapan sumpah dan ungkapan pengharapan, yang berarti bahwa kalam thalabi terkandung suatu tuntutan. Tuntutan tersebut belum terwujud ketika ungkapan tersebut diucapkan. Salah satu yang termasuk kalam thalabi adalah amr.


3.      Pengertian kalam amr
             Secara leksikal, amr bermakna perintah, sedangkan dalam terminologi ilmu balagoh, amr adalah:

طلب الفعل على المخاطب على وجه الإستعلاء
Artinya: “Tuntutan mengerjakan sesuatu kepada yang lebih rendah.

          Adapun qaidah amr yaitu menuntut suatu pekerjaan dari orang orang lebih tinggi (kedudukan atau umur). Bentuk Amar dalam balaghah sama dengan bentuk amr dalam tata bahasa Arab.
            Al hasyimi (1960) mendefinisikan jumlah amr (kalimat perintah) sebagai tuturan yang disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah agar melaksanakan suatu perbuatan, seperti:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR y7øn=tã tb#uäöà)ø9$# WxƒÍ\s? ÇËÌÈ   ÷ŽÉ9ô¹$$sù È/õ3ßÛÏ9 y7În/u ….
       Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu…” (al-insan: 23-24)

4.      Pembagian kalam amr
       Untuk menyusun suatu kalam amr ada empat shigoh yang biasa digunakan, yaitu:
a.      Fi’il amr
Semua kata kerja yang ber-shigoh fi’il amr termasuk kategori thalabi.
Contoh:
خذالكتاب بقوة
Artinya: “Ambilah kitab itu dengan kuat!

b.      Fi’il Mudhari’ yang disertai lam amr
Fi’il mudhari yang disertai dengan lam amr maknanya sama dengan amr, yaitu perintah.
Contoh:
لينفق ذوسعة من سعته
Artinya: “Hendaklah berinfak ketika dalam keleluasaan.

c.       Isim fi’il amr
Kata isim yang bermakna fi’il amr (kata kerja) termasuk shigot yang membentuk kalam insyai thalabi.
Contoh:
حي على الصلاة حي على الفلاح
Artinya: “Mari melaksanakan sholat! Mari menuju kebahagiaan!

d.      Mashdar pengganti fi’il
Mashdar yang posisinya berfungsi sebagai pengganti fi’il yang dibuang bisa juga bermakna amr.
Contoh:
سعبا فى الخير
Artinya: “Berusahalah pada hal-hal yang baik.

5.      Penyimpangan Makna Amr
     Dalam konteks tertentu, kalimat perintah ini terkadang menyimpang dari makna aslinya dan menunjukkan makna-makna lain. Diantaranya adalah:
a.      Makna do’a
Ungkapan amr bisa menunjukkan makna do’a jika perintah itu berupa permohonan yang datang dari bawah pada yang diatas. contoh:

ربّنااغْفرْلناذُنوبن اوكفّرْعنّا سيِّئاتنا
b.      Makna iltimas
Ungkapan amr bisa juga menunjukkan makna iltimas, yaitu jika perintah itu berasal dari pihak yang sederajat contoh:
يا صاحبي خذْ لي كوباً من القهوة
c.       Makna irsyad
Amr juga bisa menunjukkan makna irsyat atau bimbingan jika perintah tersebut berisi pepatah atau nasehat. Contoh:
إذاأردتم النجاح في الامتحان فاجتهدوا فى الدراسة
d.      Makna tamanny
Amr dapat menunjukkan makna tamanny, yaitu jika perintah itu ditujukan kepada sesuatu yang tidak berakal. Contoh:
يا عصافير, بلغ سلامى وشوقى اليها :
e.       Makna ibahah
Amr terkadang menunjukkan makna ibahah, yakni kebolehan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contoh:
كلوا واشربوا ولا
f.        Makna takhyir
Makna lain dari amr adalah makna takhyir atau pilihan. Biasanya, konteks ini muncul jika ada dua perintah yang diajukan untuk dipilih salah satunya. Contoh:
عِشْ كَرِيْما أو مُتْ شَهِيْدً
g.      Makna tahdid
Selain makna-makna diatas, amr terkadang menunjukkan makna tahdid yaitu perintah yang disertai dengan ancaman. Jika amr diungkapkan dalam konteks ini, maka pada dasarnya menunjukkan ”sindiran” atau ketidaksetujuan dari pihak yang memberi perintah tersebut. Contoh:
إعْمَلْ ما شِئْتَ فإنّكَ مَجْزيٌّ بِهِ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar