1.
Pengertian kalam insya’i
Kata إنشاء
merupakan bentuk mashdar dari kata أنشأ. secara leksikal, kata tersebut bermakna
‘membangun, memulai, kreasi, asli, menulis, dan menyusun’. Dalam ilmu kebahasaaraban,
insyai merupakan salah satu nama mata kuliah yang mengajarkan menulis.
Insyai sebagai
kebalikan dari khabari merupakan bentuk kalimat yang setelah kalimat tersebut
dituturkan, kita tidak bisa menilai benar atau dusta. Jika kalam khabari yaitu kalam (kalimat) yang mengandung
pengertian (arti) benar atau dusta, sedangkan kalam insya'i suatu kalimat yang
tidak mengandung pengertian benar dan dusta. Kalam insya' yaitu setiap kalimat yang tidak memberi pengertian membenarkan
dan tidak pula mendustakan. Contohnya kalam insya’ antara lain: kalimat
perintah (amar), kalimat larangan (nahi), kalimat tannya (istifham),
kalimat panggilan (nida’). Sebagaimana kalam khabari, kalam insya’i pun
terdiri dari dua bagian inti yang disebut musnat ilaih (subjek atau pelaku) dan
musnad (predikat atau pristiwa.
Contoh kalimat perintah:
Kalam insya' merupakan
kebalikan dari pada kalam khabari/berita yang pada hakikatnya mengandung
pemahaman kemungkinan benar dan kemungkinan dusta. Seperti: ٌ جَاءَ زَيْدmungkin betul si Zaid itu datang dan mungkin juga dusta.
Dalam
terminologi ilmu ma’ani, kalam insyai adalah:
الكلام الإنشائ
هو لايحتمل الصدق والكذب
Artinya: “Kalam insyai
adalah suatu kalimat yang tidak bisa disebut benar atau dusta.”
Jika seorang mutakallim mengucapkan suatu
kalam insyai, mukhattab tidak bisa menilai bahwa ucapan mutakallim itu benar
atau dusta.
2. Pembagian kalam
insyai
Secara garis besar, kalam insyai terbagi dua
jenis, yaitu insyai thalabi dan inyai ghair thalabi. Kalam insyai ghair thalabi
adalah suatu kalam yang tidak menghendaki adanya suatu tuntutan yang terwujud
ketika kalam itu diucapkan, diantaranya ungkapan kekaguman, ungkapan pujian, ungkapan
celaan, ungkapan sumpah dan ungkapan pengharapan, yang berarti bahwa kalam thalabi terkandung
suatu tuntutan. Tuntutan tersebut belum terwujud ketika ungkapan tersebut
diucapkan. Salah satu yang termasuk kalam thalabi adalah amr.
3.
Pengertian kalam amr
Secara leksikal, amr bermakna perintah,
sedangkan dalam terminologi ilmu balagoh, amr adalah:
طلب الفعل على المخاطب على وجه الإستعلاء
Artinya: “Tuntutan mengerjakan sesuatu kepada yang lebih
rendah.”
Adapun qaidah amr yaitu menuntut suatu pekerjaan dari orang
orang lebih tinggi (kedudukan atau umur). Bentuk Amar dalam balaghah sama
dengan bentuk amr dalam tata bahasa Arab.
Al hasyimi (1960) mendefinisikan jumlah amr (kalimat
perintah) sebagai tuturan yang disampaikan oleh pihak yang lebih tinggi
kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah agar melaksanakan suatu perbuatan,
seperti:
$¯RÎ) ß`øtwU
$uZø9¨tR y7øn=tã
tb#uäöà)ø9$# WxÍ\s?
ÇËÌÈ ÷É9ô¹$$sù È/õ3ßÛÏ9
y7În/u ….
Artinya: “Sesungguhnya
Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu…” (al-insan: 23-24)
4.
Pembagian kalam amr
Untuk menyusun suatu kalam amr ada empat shigoh
yang biasa digunakan, yaitu:
a.
Fi’il amr
Semua kata kerja yang ber-shigoh fi’il amr termasuk kategori thalabi.
Contoh:
خذالكتاب بقوة
Artinya: “Ambilah kitab itu dengan kuat!”
b.
Fi’il Mudhari’ yang disertai lam amr
Fi’il mudhari yang disertai dengan lam amr maknanya sama dengan amr, yaitu
perintah.
Contoh:
لينفق ذوسعة من سعته
Artinya: “Hendaklah berinfak ketika dalam keleluasaan.”
c.
Isim fi’il amr
Kata isim yang bermakna fi’il amr (kata kerja) termasuk shigot yang
membentuk kalam insyai thalabi.
Contoh:
حي على الصلاة حي على الفلاح
Artinya: “Mari melaksanakan sholat! Mari menuju kebahagiaan!”
d.
Mashdar pengganti fi’il
Mashdar yang posisinya berfungsi sebagai pengganti fi’il yang dibuang bisa
juga bermakna amr.
Contoh:
سعبا فى الخير
Artinya: “Berusahalah pada hal-hal yang baik.”
5.
Penyimpangan Makna Amr
Dalam konteks tertentu, kalimat perintah ini terkadang menyimpang dari makna
aslinya dan menunjukkan makna-makna lain. Diantaranya adalah:
a.
Makna do’a
Ungkapan amr bisa menunjukkan makna do’a jika perintah itu berupa
permohonan yang datang dari bawah pada yang diatas. contoh:
ربّنااغْفرْلناذُنوبن
اوكفّرْعنّا سيِّئاتنا
b.
Makna iltimas
Ungkapan amr bisa juga menunjukkan makna iltimas, yaitu jika perintah itu
berasal dari pihak yang sederajat contoh:
يا
صاحبي خذْ لي كوباً من القهوة
c.
Makna irsyad
Amr juga bisa menunjukkan makna irsyat atau bimbingan jika perintah
tersebut berisi pepatah atau nasehat. Contoh:
إذاأردتم
النجاح في الامتحان فاجتهدوا فى الدراسة
d.
Makna tamanny
Amr dapat menunjukkan makna tamanny, yaitu jika perintah itu ditujukan
kepada sesuatu yang tidak berakal. Contoh:
يا عصافير, بلغ سلامى وشوقى اليها :
e.
Makna ibahah
Amr terkadang menunjukkan makna ibahah, yakni kebolehan untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Contoh:
كلوا واشربوا ولا
f.
Makna takhyir
Makna lain dari amr adalah makna takhyir atau pilihan. Biasanya, konteks
ini muncul jika ada dua perintah yang diajukan untuk dipilih salah satunya.
Contoh:
عِشْ
كَرِيْما أو مُتْ شَهِيْدً
g.
Makna tahdid
Selain makna-makna diatas, amr terkadang menunjukkan makna tahdid yaitu
perintah yang disertai dengan ancaman. Jika amr diungkapkan dalam konteks ini,
maka pada dasarnya menunjukkan ”sindiran” atau ketidaksetujuan dari pihak yang
memberi perintah tersebut. Contoh:
إعْمَلْ ما شِئْتَ فإنّكَ مَجْزيٌّ بِهِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar